Thursday, October 27, 2011

Batu dan Mutiara

Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanannya.

Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati batu itu. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.

Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.

Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. “Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman”. Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta”. Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada.

Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. 

Maka sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputusasaannya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu “Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?” Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali”.

Mengertikah apakah maksud cerita di atas? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau? Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.
Yer 29:11 
"Bukankah Aku ini mengetahui rencana-rencanaKu kepadamu ? Yaitu rencana keselamatan dan bukannya rencana kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari esok yang penuh harapan."

Wednesday, October 26, 2011

HIMSI itu apa sih?

Effective Communication


Effective communication happens largely at an unconscious level and that's why the most effective communicators of all time paid as much attention to how they were delivering their message as they did to the exact words that they were using. And that's why it's so easy for email to go horribly wrong.

What is Effective Communication?

Effective communication is a two-way process - sending the right message, that is also being correctly received and understood by the other person(s).
Effective communication is accurately transmitting the symbolic concepts in your brain to the brain of another person(s). Communication is not effective if you only transmit your ideas. In order to have effective communication, the other person(s) must receive and interpret them as you intended.

The benefits of effective communication are too numerous to list, for they enhance all aspects of life from the personal to the professional. The ability to communicate is vital to the success of any endeavor. For communication to be effective, it is important to understand how the people you are interacting with may interpret your message.

How To Communicate Effectively?

  • Take responsibility for the success of your communication. If they're not "getting it", it's because you're not giving it in a way they can understand.
  • Realize that the unconscious mind is your greatest ally.
  • It's not about you. To communicate effectively, learn to see the world for the other person's perspective.
  • If what you're doing isn't working, do something different.
  • Communication can change reality.
  • Every action has a positive intention. You just have to find it.
  • It's better to be successful than right. The world demands results, not excuses.

Effective Communication Skills:

  • Listening for facts and feelings to make sure that you interpreting the message as intended.
  • Asking questions effectively to guide listeners to solutions.
  • Recognizing and defusing the filters people are using when they communicate.
  • Creating rapport to smooth difficult messages and build relationships.
  • Uncovering the unique values that drive each person and then constructing your message to match their personal system.
  • Using non-verbal cues to understand what the speaker really means.
  • Finding and replacing the cues that cause the "domino effect" in conflict and confrontation.
  • Breaking un-empowering belief cycles without directly attacking a belief.
  • Overcoming objections by agreeing.
  • Building and using stories to make a point without anyone realizing it.
  • Replacing destructive patterns such as anger with empowering patterns that get better results.
  • Reading the secrets hidden in every email message.

    Halloween

    No matter what your age, the last night of October is always one to look forward to celebrating. Halloween means kids running around in costumes, family and friends getting together and a chance talk with neighbors. What other holiday do you have an excuse to eat all the sugar you want and wear whatever you want? But Halloween wasn’t always the same celebration we experience today. In fact, Halloween’s origins date back thousands of years to the ancient Celtic festival called Samhain, pronounced sow-in. 

    The Celts celebrated the night of October 31 when ghosts of the dead where believed to return to earth causing trouble and damaging the community’s food supply. Celtic priests called Druids thought it was easier to make predictions about the future during this time. For the Celts whose existence relied entirely on the whims of nature, the prophecies made by the Druids were an important source of comfort for the long, dark winter months ahead.


    HISTORY OF HALLOWEEN

    Halloween is considered by most in the United States as a fun holiday, mostly for children, but it has roots in ancient religions and folklore, including paganism, ancient Roman religions, early Catholic Christianity, Irish folklore, and even British politics! Children and adults alike enjoy this holiday today, with funny costumes, candy, and parties, while some countries observe this time as a remembrance of departed loved ones and religious saints.

    Halloween is a holiday with ancient roots that had a much greater meaning than the boisterous, costume-filled holiday that we know today. Around 2,000 years ago, the Celts, who lived in what is now the United Kingdom, Ireland, and northern France, had a festival commemorating the end of the year. 

    Their New Year was November 1, and this festival was called Samhain, pronounced sow-en. The end of their year signaled the end of summer, the end of the harvest season, and the beginning of a long, hard winter that often caused many deaths of animals and people. Weaker livestock were often killed and eaten during this holiday, since most likely, they would not survive the winter anyway. Because of this, and the cruel winter to come, this time of year signified death to the Pagan Celtics. They believed the night before the New Year, that the wall between the living and the dead was open, allowing spirits of the dead, both good and bad, to mingle among the living. Some of these spirits were thought to possess living people, cause trouble, ruin crops, or to search for passage to the afterlife.

    Samhain was considered a magical holiday, and there are many stories about what the Celtics practiced and believed during this festival. Some say the spirits that were unleashed were those that had died in that year, and offerings of food and drink were left to aid the spirits, or to ward them away. Other versions say the Celts dressed up in outlandish costumes and roamed the neighborhoods making noise to scare the spirits away. Many thought they could predict the future and communicate with spirits as well during this time. Some think the heavily structured life of the Pagan Celtics was abandoned during Samhain, and people did unusual things, such as moving horses to different fields, moving gates and fences, women dressing as men, and vice versa, and other trickeries now associated with Halloween. Another belief is that the Celtics honoured, celebrated, and feasted the dead during Samhain. A sacred, central bonfire was always lit to honor the Pagan gods, and some accounts say that individual home fires were extinguished during Samhain, either to make their homes unattractive to roving spirits, or for their home fires to be lit following the festival from the sacred bonfire. Fortunes were told, and marked stones thrown into the fire. If a person's stone was not found after the bonfire went out, it was believed that person would die during the next year. Some Celts wore costumes of animal skulls and skins during Samhain. Faeries were believed to roam the land during Samhain, dressed as beggars asking for food door to door. Those that gave food to the faeries were rewarded, while those that did not were punished by the faeries. This is reported to be the first origin of the modern "trick or treat" practice.

    In the First century A.D., the Roman Empire had taken over most of the Celtic lands. The Romans had two festivals also celebrated at the same time of year as Samhain. One was Feralia, also in late October, was the Roman day honouring the dead. The second festival was for Pomona, the Roman goddess of trees and fruit. Pomona's symbol was the apple. These two festivals were combined with Samhain in the Celtic lands during the four hundred years the Roman Empire ruled over the Celts. The goddess Pomona's apple might be the root of the Halloween tradition of bobbing for apples.

    Over the next several hundred years, Christianity had spread to include the lands inhabited by the Celtics and the Romans, but the festival of Samhain was still celebrated by the people. The Christian church reportedly did not like a festival with Pagan roots practiced by Christians, so a replacement was needed. Pope Boniface IV designated May 13 as All Saints Day to honour dead church saints and martyrs. Samhain continued to be celebrated, so in 835 A.D., Pope Gregory IV moved the holiday to November 1, probably to take attention away from the Pagan Samhain festival and replace it. Since All Saints Day was sanctioned by the church, and related to the dead, the church was happy, but many Pagan traditions of Samhain continued to be practiced, including bonfires, parades, and dressing up in costume. All Saints Day was also known as All Hallows, or All Hallowmas (Hallowmas is Old English for All Saints Day). Since Samhain was celebrated the night before November 1, the celebration was known as All Hallows Eve, and later called Halloween. In the year 1000 A.D., the church designated November 2 as All Souls Day, to honour the dead who were not saints, and they eventually became combined and celebrated as Hallowmas. 

    On All Souls Day in England, the poor would "go a-souling". They would go door to door asking for food, and in return, would pray for the souls of their dead relatives. It was widely believed at the time that the souls of the dead would await passage into heaven until enough people prayed for their souls. The Christian church encouraged this practice to replace the old Pagan tradition of leaving cakes and wine out for the spirits of the dead. The poor would be given "soul cakes", which were pastries made for those who promised to pray for their dead relatives. In some cultures, soul cakes would be given in exchange for a performance or song as well. Children eventually adopted this practice, and were given food, ale, or money. 

    Jack o'lanterns are a Halloween staple today, with at least two historical roots. The early Pagan Celtic peoples used hollowed out turnips, gourds, or rutabagas to hold an ember from the sacred bonfire, so they could light their home fires from the sacred bonfire. Another tale from folklore gives jack o'lanterns their name. 

    In Irish myth, a man known as "Stingy Jack", who was a swindler and a drunk, who asked the devil to have drink with him. Jack convinced the devil to change himself into a coin so he could pay for the drink, but Jack put the coin in his pocket next to a silver cross, which trapped the devil, preventing him from changing himself back. Jack agreed to free the devil on the condition that the devil would not bother Jack for a year. Next year, Jack tricks the devil into climbing a tree to fetch a piece of fruit. While the devil is up the tree, Jack carves a cross into the trunk, preventing him from climbing back down the tree. In order to get out of the tree, the devil promised Jack not to seek his soul any more. When Jack died, he was not allowed into heaven, because of his drunken and swindling ways, but he was not allowed into hell either, because the devil kept his word. Taking pity on Jack, the devil gave him an ember to light his way in the dark, putting it into a hollowed out turnip for Jack to carry on his lonely, everlasting roamings around the Earth. People from Ireland and Scotland would make "Jack o'lanterns" during this season to scare away Stingy Jack and other evil spirits wandering about.

    Over the next several centuries, superstitions about witches and black cats were added to to the folklore and legends of Halloween. Cats were thought of as evil, especially black cats, and were killed by the thousands in Medieval times, possibly contributing to the Black Plague, due to the shortage of the rat's natural enemy, the cat. During this time, the church created the belief that evil witches existed. 

    In the 1500's, Martin Luther created the Protestant Church, which had no saints, so no All Hallows Day was allowed. On November 5, 1606, Guy Fawkes was executed for attempting to blow up England's Parliament. Fawkes, along with an extremist Catholic organization he belonged to, wanted to remove the Protestant King James from his throne. 

    The English wasted no time to have a celebration to replace All Hallows Day, so Guy Fawkes Day was celebrated from then on. Many traditions of All Hallows Day were practiced, such as bonfires, and children asking for money, but the reasons why were different. Bonfires were known as "bone fires" originally, because they were lit in order to burn an effigy of the Catholic pope, burning his "bones". Two hundred years later, the effigy of the pope was replaced by an effigy of Guy Fawkes, prompting children to go door to door, asking for a "penny for Guy", so they could make their effigy to burn. In the New World, the colonists celebrated Guy Fawkes Day for a while, but as the colonies became the United States of America, Guy Fawkes Day fell by the wayside.


    Many traditions are observed for Halloween:

    Costumes: Dressing in costumes has its roots in the Pagan Celtic roots of Samhain. One theory is they dressed as ghouls to fool evil spirits let loose on October 31, so they would not be possessed by these spirits.
    Another theory is they dressed in costume just for fun, and to make mischief. Yet another theory is that faeries would dress as beggars asking for food, which would also be the origins of the "trick or treat" practice.
    After the Catholic Church replaced Samhain with All Saints Day, people would dress as dead Saints and devils for their festivities.

    Trick or Treat: This practice might have had it's start in the legend from Celtic days that faeries would dress as beggars going from door to door asking for food, and those that did not show hospitality would be harshly dealt with by these magical faeries.
    On All Souls Day, the poor would beg for "Soul Cakes" (sweet pastries) in exchange for prayers for their departed loved ones, expediting their passage to heaven.
    Sometimes costumed groups would sing and perform in exchange for food, ale, or money. In the United Kingdom, Guy Fawkes effigies to be burned were prepared by children, going door to door, asking for a penny for Guy, on Guy Fawkes Day. 

    Bonfires: These have two origins. The first is the sacred ritual of extinguishing home fires, and one sacred bonfire is lit in each town for the end of the New Year.
    Some say the reason home fires were extinguished is to scare away evil spirits from homes, while others say that home fires were supposed to be lit from embers from the sacred bonfire to start the New Year. The second origin was from Guy Fawkes Day in the United Kingdom to burn effigies of the Catholic pope, and later of Guy Fawkes himself.


    Apples: A seasonal fruit, and also the symbol of the Roman goddess Pomona, commonly thought at the time to possess qualities of knowledge, resurrection, and immortality.
    Bobbing for apples, peeling a long apple peel, and other manipulations of the fruit were thought to foretell the future, on this night of Samhain.

    Jack o'lanterns: From the Irish folk tale of Jack, who tricked the devil, but was not allowed in heaven or in hell.
    The devil, taking pity of Jack, gave him an ember to light his way on his eternal walks on Earth, carried in a hollowed out turnip. Because of their size and availability, pumpkins were substituted for turnips in the United States.
    The Celtics did use a hollowed out rutabaga to carry an ember from the sacred Samhain bonfire home to light their home fires, but the significance and relation to the Irish tale of Jack is unknown.

    Ghost Stories: Ghost stories probably have their roots in the original Celtic belief that the spirits of the dead (both good and bad) wandered the Earth on October 31 (Samhain). Later, when the church replaced Samhain with All Saints Day and All Souls Day, the dead were remembered, and spoken about. In the United States today, they are used to amuse and scare children (and some adults) to get them in the "spirit" of Halloween

    5 langkah sederhana untuk menjadi bahagia

    Tuhan tidak menjanjikan hari tanpa rasa sakit, tawa tanpa kesedihan, matahari tanpa hujan, tetapi Dia menjanjikan kekuatan untuk hari itu, kenyamanan bagi air mata, dan cahaya untuk jalan.Kekecewaan seperti gundukan jalan, mereka sedikit memperlambat Anda tapi Anda akan menikmati jalan mulus setelahnya. Jangan tinggal di gundukan terlalu lama. segera pindah dan Bergeraklah
    Ketika Anda merasa down karena Anda tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan, duduk diam saja dan tenang, karena Allah sedang merencanakan sesuatu yang lebih baik untuk Anda.

    Ketika sesuatu terjadi pada Anda, baik atau buruk, pertimbangkan apa artinya. Ada maksud dibalik semua peristiwa-peristiwa kehidupan, untuk mengajarkan Anda bagaimana untuk lebih banyak tertawa atau tidak terlalu keras menangis.

    Anda tidak bisa membuat seseorang mencintai Anda, yang dapat Anda lakukan adalah menjadi seseorang yang bisa dicintai, selebihnya terserah orang lain menilai Anda.

    Ukuran dari cinta adalah saat Anda mencintai dengan tidak terbatas. Dalam kehidupan ini sangat jarang Anda akan bertemu dengan orang yang Anda cintai dan mencintai Anda. Jadi sekali Anda memiliki itu jangan pernah membiarkannya pergi, kesempatan mungkin tidak akan pernah menghampiri Anda lagi.

    Lebih baik kehilangan harga diri Anda dengan orang yang Anda cintai, daripada kehilangan orang yang anda cintai karena gengsi.

    Kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mencari orang yang tepat untuk kita cintai atau mencari kesalahan dengan orang yang sudah mencintai kita, padahal kita seharusnya menyempurnakan cinta yang kita berikan.

    Ketika Anda benar-benar peduli dengan seseorang, Anda tidak mencari kesalahan atas kepedulianmu, Anda tidak mencari jawaban atas kepedulianmu, Anda tidak mencari kekeliruan atas kepedulianmu. Sebaliknya, Anda melawan kesalahan itu, Anda menerima kesalahan itu, dan Anda mengabaikan semua alasan yg membuat Anda tidak peduli.

    Jangan pernah meninggalkan seorang sahabat lama. Anda tidak akan pernah menemukan seseorang yang bisa menggantikannya. Persahabatan adalah seperti anggur, menjadi lebih baik seiring dengan pertumbuhan yang semakin tua.

    Ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia:

    1. Bebaskan hatimu dari kebencian.
    2. Bebaskan pikiranmu dari kekhawatiran.
    3. Hiduplah sederhana
    4. Memberi lebih banyak.
    5. Mengharapkan lebih sedikit

    Tidak seorang pun dapat kembali dan membuat awal yang baru. Siapapun bisa memulai dari sekarang dan membuat akhir yang baru.

    Tuesday, October 25, 2011

    9 Renungan Motivasi

    Berikut ini  artikel untuk merubah Cara Pandang di dalam diri sendiri (Self Reframing) :

    1. TAKLUKKAN DIRI SENDIRI
    “Dia yang bisa menaklukkan orang lain adalah manusia kuat.
    Dia yang bisa menaklukkan dirinya sendiri adalah manusia super.” (Lao Tze)
    Perenungan Diri:
    1. Malam hari sambil berbaring tidur, ambil waktu 1 – 2 menit.
    2. Lakukan refleksi kegiatan hari ini secara cepat saja.
    3. Tanyakan ke dalam diri sendiri: “Apakah masih ada emosi negatif yang tersimpan dalam diriku saat ini ?”
    4. Lalu, tarik nafas yang dalam dan tahan nafas selama yang bisa Anda lakukan.
    5. Bayangkan kejadian yang menimbulkan emosi negatif tersebut.
    6. Buang dan lepaskan dengan menghembuskan nafas sepanjang mungkin.
    7. Lanjutkan dengan bernafas perlahan saja, dan makin perlahan, sampai seluruh badan terasa rileks bak tanpa otot.
    8. Diam sejenak dan ambil keputusan untuk berubah, misalnya: “Besok mau senyum aja aaah…” dan tidurlah dengan senyum… zzz…zzz…
    Karena jika dengan ikhlas kita mulai bisa menaklukkan diri sendiri, maka kekalahan bukan lagi kekalahan, bukan?

    2. BELAJAR DARI KEKALAHAN
    “Jika Anda belajar sesuatu dari kekalahan,
    sesungguhnya Anda tidak kalah” ( Zig Ziglar )
    Saat Anda “merasa” kalah, lakukan berikut:
    - Duduk diam dan tarik nafas panjang
    - Cari penyebab kekalahan tersebut (cepat saja)
    - Ambil pelajaran dari kekalahan itu
    - Pejamkan mata: Tersenyumlah dan bersyukur
    - Hembuskan nafas secepat mungkin
    - Bangkit dan lompatlah setinggi mungkin
    “Jika Anda belajar sesuatu dari kekalahan,
    sesungguhnya Anda tidak kalah”
    Pasti ada hikmah dari setiap kejadian, walau diberi nama “kalah”.

    3. PELAUT TANGGUH …
    (Bayangkan WS Rendra, ucapkan syukur dan hormat sebagai rasa kagum pada dia, masuk ke dalam diri dia dan bacakan lirik di bawah ini, bak WS Rendra)
    Hidup adalah rangkaian masalah.
    Jika kita melihatnya sebagai masalah.
    Hidup adalah rangkaian tantangan.
    Jika kita melihatnya sebagai peluang.
    Tantangan penting untuk otot pikiran.
    Tantangan membuat kita bertumbuh.
    Tantangan membuat kita kreatif.
    (baca berikut ini sambil hembuskan nafas)
    Bersyukurlah jika kita mempunyai tantangan.
    Karena artinya kita memiliki peluang.
    (tahan nafas di perut dan baca dengan keyakinan kuat)
    Ya, sebuah peluang untuk Menang.
    Pepatah kuno mengatakan:
    “Lautan yang tenang,
    tidak menghasilkan pelaut yang tangguh”
    Atasilah masalah dengan:
    Tetaplah tersenyum.
    Tetaplah bergandengan tangan.
    Kita hanyalah berbeda, itu saja.

    4. GIAT BEKERJA KUNCI SUKSES
    “Tidak Ada Jalan yg Mulus utk Sukses,
    Giat Bekerja Adalah Kuncinya” (George G Williams )
    Perenungan Diri:
    Hasil penelitian mengatakan bahwa Ketekunan, Keuletan, Kegigihan akan membuat
    otot di seluruh tubuh kuat, baik otot badan, otot tangan, otot kaki, bahkan
    “otot” di otak kita. Yang paling penting adalah membuat kuat Otot Pikiran kita.
    “Anda tidak mungkin memahami Work Smart,
    sebelum Anda memiliki mental Work Hard” (Krishnamurti)
    Situasi Indonesia boleh tidak menentu,
    tetapi nasib kita haruslah kita yang menentukan.
    Kita cukup bergiat pada hal yang bisa kita kendalikan.

    5. SIAPA YANG KAYA?
    “Siapa yang kaya?
    Dia yang bersukacita dengan apa yang dimilikinya.” (Benjamin Franklin)
    Perenungan Diri:
    Bersukacita dan bersyukur dengan apa yang kita miliki, justru akan membuat
    kita semakin bertambah makmur dan sejahtera. Hukum alam semesta mengenai
    sukses ini sebenarnya sederhana sekali. Kita hanya perlu keyakinan diri
    saja bahwa hal ini benar.

    6. CHOOSE TO BE HAPPY …
    We always have a choice
    We can choose to be happy
    or we can choose to be grumpy
    But It’s always better, smarter and wiser
    to choose to be happy… (Melody Ross)
    Perenungan diri: (baca dalam hati dengan tempo lambat)
    “Bukankah hidup ini adalah pilihan?” (baca lebih lambat)
    “Bukankah hidup ini adalah pilihan?” (baca lebih lambat lagi)
    “Bukankah hidup ini adalah pilihan?”

    7. SETIA PADA HAL KECIL
    Bukan tindakan besar dan hebat,
    yang menentukan hidup kita,
    melainkan kesetiaan dalam menekuni
    pekerjaan-pekerjaan kecil dan tidak berarti …. (bunda Teresa)
    Perenungan Diri:
    Bacalah pesan di atas berulang-ulang sampai meresap.
    Bisa dengan cara pelan, sangat pelan, bahkan sangat, sangat pelan.
    Boleh juga baca dalam hati dengan perasaan mantap.
    Atau, diulang-ulang dalam hati untuk bagian tertentu.
    “kesetiaan menekuni pekerjaan-pekerjaan kecil”
    “kesetiaan menekuni pekerjaan yang tidak berarti”
    Ya, memang mudah untuk dibaca, namun perlu kebesaran hati untuk mencerna.
    Dan, tekad besar untuk menelannya.
    Agar jadi bagian indah dalam gelora darah kita.
    Karena sang musuh adalah di ego diri.
    Tapi, mungkin!

    8. IMPIAN PERLU UJIAN
    (Baca gaya retorik Bung Karno)
    kala impian membuat kita berbeda
    kala cara pikir kita ditertawakan
    kala senyuman kita disiniskan
    kala warna semangat mulai meluntur
    kala impian membuat hati bias
    justru teruslah maju dan berpegang
    teruslah berpegang pada impian kita
    bangunlah keyakinan demi keyakinan
    bukankah layang-layang terbang tinggi
    karena melawan arah angin
    (tarik nafas dalam dan tahan, lalu lanjutkan baca dengan keyakinan)
    impian kita hanya perlu diuji
    diuji untuk membangun keyakinan
    (baca berikut ini sambil hembuskan nafas panjang)
    keyakinan untuk mencapainya.

    9. TUM SPIRO, SPERO
    “Tum Spiro, Spero” artinya:
    “Selama Kita Bernafas, Kita Berusaha”
    Buanglah kata menyerah dalam hidup ini.
    Hidup ini sangat berarti, berkaryalah.
    Karena kita adalah manusia, makhluk luar biasa.
    Teruslah berjuang sampai nafas yang terakhir.
    Sediakan waktu untuk sendiri. Untuk Diam. Untuk Meditasi. Untuk Merenung. Untuk ssst… diaaam, agar hikmah terdengar bunyinya.
    Hening membuat bening…
    Bening membuat jelas…

    By: Krishnamurti

    Pribadi To Do, To Have, atau To Be?

    “Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo) 

    Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

    Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

    Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

    Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

    Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

    Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

    Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

    Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

    Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

    Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.

    Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

    Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

    Memaknai hidup
    Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

    Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

    Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

    Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

    Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

    Paradigma

    Sore itu disebuah subway di kota New York, suasana cukup sepi. Kereta api bawah tanah itu cukup padat oleh orang-orang yang baru pulang kerja.
    Tiba-tiba, suara hening terganggu oleh ulah dua orang bocah kecil berumur sekitar 3 dan 5 tahun yang berlarian kesana kemari. Mereka berdua mulai mengganggu penumpang lain. Yang kecil mulai menarik- narik korang yang sedang dibaca oleh seorang penumpang, kadang merebut pena ataupun buku penumpang yang lain. Si kakak sengaja berlari dan menabrak kaki beberapa penumpang yang berdiri menggantung karena penuhnya gerbong itu.
    Beberapa penumpang mulai terganggu oleh ulah kedua bocah nakal itu, dan beberapa orang mulai menegur bapak dari kedua anak tersebut. “Pak, tolong dong anaknya dijaga!” pinta salah seorang penumpang. Bapak kedua anak itu memanggil dan menenangkannya. Suasana kembali hening, dan kedua anak itu duduk diam. Tak lama kemudian, keduanya mulai bertingkah seperti semula, bahkan semakin nakal. Apabila sekali diusilin masih diam saja, kedua anak itu makin berani. Bahkan ada yang korannya sedang dibaca, langsung saja ditarik dan dibawa lari. Bila si-empunya koran tidak bereaksi, koran itu mulai dirobek-robek dan diinjak-injak.

    Beberapa penumpang mulai menegur sang ayah lagi dengan nada mulai kesal. Mereka benar-benar merasa terganggu, apalagi suasana pulang kerja, mereka masih sangat lelah. Sang ayah memanggil kembali kedua anaknya, dan keduannya mulai diam lagi. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Si anak mulai membuat ulah yang semakin membuat para penumpang di gerbong bawah tanah itu mulai marah.
    Beberapa penumpang mulai memarahi sang ayah dan membentak. “Pak bisa mendidik anak tidak sich!” kata seorang penumpang dengan geram.
    “Dari tadi anaknya mengganggu semua orang disini, tapi bapak koq diam saja”. Sang ayah bangkit dari duduknya, menghampiri kedua anaknya yang masih mungil, menenangkannya, dan dengan sangat sopan berdiri dan berkata kepada para penumpang yang ada di gerbong itu. “Bapak-bapak dan ibu-ibu semua, mohon maaf atas kelakuan kedua anak saya ini. Tidak biasanya mereka berdua bertingkah nakal seperti saat ini. Tadi pagi, kedua anak saya ini baru saja ditinggal oleh ibu mereka yang sangat mereka cintai. Ibu kedua anak saya ini meninggal karena penyakit LEUKEMIA yang dideritanya”. Bapak itu diam sejenak, dan sambil mengelus kepala kedua anaknya meneruskan ceritanya. “Mungkin karena kejadian yang menimpa ibu mereka berdua itu begitu mendadak, membuat kedua anak saya ini belum bisa menerima kenyataan dan agak sedikit shock karenanya. Sekali lagi saya mohon maaf”. Seluruh orang didalam gerbong kereta api bawah tanah itu seketika terdiam. Mereka dengan tiba-tiba berubah total, dari memandang dengan perasaan kesal karena kenakalannya, berubah menjadi perasaan iba dan sayang. Kedua anak itu masih tetap nakal, mengganggu seluruh penumpang yang ditemuinya. Tetapi, orang yang diganggu malah kelihatan tambah menampakkan kasih sayangnya. Ada yang memberinya coklat, bahkan ada yang menemaninya bermain.

    PERHATIKAN KONDISI SUBWAY ITU. PENUMPANGNYA MASIH SAMA. KEDUA ANAK ITU MASIH NAKAL-NAKAL. Tetapi terjadi perubahan yang sangat mencolok. SUASANA DIDALAM SUBWAY ITU BERUBAH 180 DERAJAT. KENAPA?…. KARENA SEBUAH INFORMASI. INILAH YANG DISEBUT PERUBAHAN PARADIGMA. Ternyata, batas antara SETUJU dan MENOLAK itu sangat tipis sekali. Dan itu tidak akan pernah dapat ditembus, kecuali oleh sebuah INFORMASI yang benar

    Thursday, October 20, 2011

    This is what I called "Parental Love"

    RICK and DICK HOYT - The story of GREAT LOVE

    Source: http://www.youtube.com/watch?v=Adubrj3yya8&feature=related

    If only people like them would rule the world, it sure would be a better place!!

    A girl's Hope

    There's nothing impossible if we believe that we can do that..

    Nick Vujivic (inspirational clip)

     What do you doing if you falling down??



    Sebuah motivasi bagi kita semua yang merasa betapa beratnya hidup dan merasa putus asa, sehingga tidak mempunyai keinginan lagi untuk bangkit!
    Sangat memotivasi! Bayangkan jika anda terjatuh dan berada dalam posisi yang tidak memiliki tangan dan kaki..
    Disaat kalian jatuh, jangan berpikir untuk tidak bisa bangkit berdiri lagi!!
    Kekurangan dalam diri bukanlah alasan bagi kita untuk menyerah dalam hidup..

    is this a Human?

    Outrage as bleeding China toddler left on street


    More than a dozen passers-by ignored a two-year-old girl as she lay critically injured on a street in southern China after being run over twice, the official Xinhua news agency said Monday.
    The incident has sparked outrage on China's hugely popular social media sites.
    Surveillance cameras showed a series of people walk past the girl, named Yue Yue, after she was hit first by a van and then a truck outside her family's shop in the southern Chinese city of Foshan.
    Xinhua said a rubbish collector who finally came to the girl's aid, moving her to the curb and shouting for help, was ignored by several shopkeepers before he finally tracked down her mother who took her to hospital.
    In response, one netizen on Sina Weibo, a Chinese micro-blog similar to Twitter, wrote: "This society is seriously ill. Even cats and dogs shouldn't be treated so heartlessly."
    But others linked the incident to an earlier case in which a man who tried to help an elderly woman after she fell over was prosecuted, apparently because his intervention broke government rules on dealing with accident victims.
    Doctors said Yue Yue was in a coma and unlikely to survive the ordeal.
    "She would not be able to survive any operations. She's very close to brain death," a spokesman for the hospital treating her told AFP.
    Police have detained the drivers of both vehicles involved in the incident, Xinhua said.
    Click the link below to watch the video (viewer discretion is advised):

    http://sg.news.yahoo.com/outrage-bleeding-china-toddler-left-street-062238639.html

     Source: 

    http://sg.news.yahoo.com/outrage-bleeding-china-toddler-left-street-062238639.html

    Written Communication: Meaning, Advantages and Disadvantages

    Written communication has great significance in today’s business world. It is an innovative activity of the mind. Effective written communication is essential for preparing worthy promotional materials for business development. Speech came before writing. But writing is more unique and formal than speech. Effective writing involves careful choice of words, their organization in correct order in sentences formation as well as cohesive composition of sentences. Also, writing is more valid and reliable than speech. But while speech is spontaneous, writing causes delay and takes time as feedback is not immediate.

    There are Advantages of Written Communication:
    • Written communication helps in laying down apparent principles, policies and rules for running of an organization.
    • It is a permanent means of communication. Thus, it is useful where record maintenance is required.
    • It assists in proper delegation of responsibilities. While in case of oral communication, it is impossible to fix and delegate responsibilities on the grounds of speech as it can be taken back by the speaker or he may refuse to acknowledge.
    • Written communication is more precise and explicit.
    • Effective written communication develops and enhances an organization’s image.
    • It provides ready records and references.
    • Legal defenses can depend upon written communication as it provides valid records.
    There are Disadvantages of Written Communication:
    • Written communication does not save upon the costs. It costs huge in terms of stationery and the manpower employed in writing/typing and delivering letters.
    • Also, if the receivers of the written message are separated by distance and if they need to clear their doubts, the response is not spontaneous.
    • Written communication is time-consuming as the feedback is not immediate. The encoding and sending of message takes time.
    • Effective written communication requires great skills and competencies in language and vocabulary use. Poor writing skills and quality have a negative impact on organization’s reputation.
    • Too much paper work and e-mails burden is involved.

      Wednesday, October 19, 2011

      Oral Communication: Meaning, Advantages and Disadvantages

      Oral communication implies communication through mouth. It includes individuals conversing with each other, be it direct conversation or telephonic conversation. Speeches, presentations, discussions are all forms of oral communication. Oral communication is generally recommended when the communication matter is of temporary kind or where a direct interaction is required. Face to face communication (such as meetings, lectures, conferences, interviews, etc.) is significant so as to build a rapport and trust.

      There are several Advantages of Oral Communication:

      • There is high level of understanding and transparency in oral communication as it is interpersonal.
      • There is no element of rigidity in oral communication. There is flexibility for allowing changes in the decisions previously taken.
      • The feedback is spontaneous in case of oral communication. Thus, decisions can be made quickly without any delay.
      • Oral communication is not only time saving, but it also saves upon money and efforts.
      • Oral communication is best in case of problem resolution. The conflicts, disputes and many issues/differences can be put to an end by talking them over.
      • Oral communication is an essential for teamwork and group energy.
      • Oral communication promotes a receptive and encouraging morale among organizational employees.
      • Oral communication can be best used to transfer private and confidential information/matter. 

      And also, several Disadvantages of Oral Communication:
      • Relying only on oral communication may not be sufficient as business communication is formal and very organized.
      • Oral communication is less authentic than written communication as they are informal and not as organized as written communication.
      • Oral communication is time-saving as far as daily interactions are concerned, but in case of meetings, long speeches consume lot of time and are unproductive at times.
      • Oral communications are not easy to maintain and thus they are unsteady.
      • There may be misunderstandings as the information is not complete and may lack essentials.
      • It requires attentiveness and great receptivity on part of the receivers/audience.
      • Oral communication (such as speeches) is not frequently used as legal records except in investigation work.

      Gembok dan Anak Kuncinya

      Apakah ada diantara anda yang memiliki profesi sebagai seorang guru, dosen atau pengajar?
      pada saat anda menguji anak didik anda dalam sebuah test, saya yakin bahwa pasa saat anda memberikan pertanyaan, anda pasti sudah memiliki jawabannya.
      Tidak mungkin anda memberikan soal kepada mereka, sementara anda sendiri tidak tahu jawaban dari saoal yang anda berikan.
      Hal yang sama juga berkalu pada sebuah pabrik pembuatan gembok. Mereka tidak hanya menciptakan gembok, tapi juga membuat kunci untuk setiap gembok tersebut. Bayangkan betapa konyolnya jika mereka hanya menjual gembok, tanpa anak kunci.

      Dua analogi diatas kiranya memberikan pencerahan pada kita, bahwa hal yang sama Tuhan lakukan dalam hidup kita. Ketika Tuhan mengijinkan sebuah persoalan, maka sesungguhnya, Dia sudah mempunyai jawaban untuk persoalan tersebut.
      Tuhan tidak pernah membiarkan kita mengalami persoalan yang tak terpecahkan atau masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Tuhan menyediakan kunci untuk setiap pergumulan hidup yang kita alami.

      Tuhan tidak hanya menyediakan jawaban atau kunci untuk setiap masalah yang kita alami, tetapi Dia juga bijak dalam mengukur kemampuan dan kepasitas kita dalam menanggung persoalan. Tuhan tidak akan pernah memberikan soal yang melebihi kemampian kita.
      Bukankah seorang guru tidak akan memberikan soal kelas VI kepada anak kelas I? Jika seorang guru saja bijak dalam menakar kemampuan kita, apalagi Tuhan?

      Melalui kebenaran ini, kita diingatkan agar jangan sampai menjadi orang yang mudah mengeluh dan merasa persoalan yang kita alami sangat berat dan tidak tertanggungkan. Jangan juga kita menjadi orang yang mudah berputus asa karena berpikir bahwa masalah kita tidak ada jalan keluarnya. Ingatlah bahwa ada soal berarti ada jawaban, ada gembok berarti ada kuncinya.

      Ketika Tuhan mengijinkan sebuah persoalan, Dia sudah menyediakan kunci jawabannya. Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata, "Tuhan adalah penololong ku. Aku tidak akan takut."

      Tuesday, October 18, 2011

      What is Business Communication?

      Communication is neither transmission of message nor message itself. Communication needs to be effective in business. Communication is essence of management. The basic functions of management (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Controlling) cannot be performed well without effective communication. Business communication involves constant flow of information. Feedback is integral part of business communication.
      Business Communication is regulated by certain rules and norms. In early times, business communication was limited to paper-work, telephone calls etc. But now with advent of technology, we have cell phones, video conferencing, emails, satellite communication to support business communication.


      Business Communication can be of two types:
      1. Oral Communication: An oral communication can be formal or informal. Generally business communication is a formal means of communication, like : meetings, interviews, group discussion, speeches etc. An example of Informal business communication would be - Grapevine.
      2. Written Communication: Written means of business communication includes: agenda, reports, manuals etc.

      Cara mengambil langkah pertama

      Semua orang memiliki kekuatannya masing-masing, tapi apakah semua orang menyadarinya? Tidak.
      Semua orang punya mimpi, tapi apakah semua orang sudah berusaha mewujudkannya? Tidak.
      Semua orang ingin sukses, tapi apakah semua orang sudah mencoba untuk melangkah menuju ke sana? Tidak
      Tidak ada orang yang menyangka Gunung Everest mampu didaki sampai Edmund Hillary melakukannya.
      Tidak ada orang yang menyangka manusia bisa terbang sampai Orville dan Wilbur Wright menemukan alat yang disebut pesawat.
      Dan Briptu Norman tidak akan terkenal seperti sekarang apabila ia tidak mem-posting videonya di Youtube. Semua itu berawal dari mimpi.

      Apakah faktor yang paling sering menghalangi seseorang untuk meraih mimpinya? Mengambil langkah pertama. Begitu beratnya mengambil langkah pertama sampai-sampai mereka membuat mental block dengan membatasi sendiri kemampuannya. Pernyataan seperti:
      1. Aku menunggu saat yang tepat untuk mulai melangkah.
      2. Aku menunggu sampai aku sudah memiliki skill yang baik.
      3. Aku tidak tahu harus mulai dari mana.
      4. Aku tidak akan mampu, itu terlalu sulit untukku.

      Adalah contoh-contoh pernyataan yang menghalangi seseorang dalam melangkah. Padahal faktanya adalah:
      1. Waktu tidak akan pernah tepat karena apabila kamu membiasakan diri untuk selalu menunggu, kamu akan selalu menemukan alasan yang menghalangi kamu untuk melangkah.
      2. Skill yang baik didapat justru dapat kita pelajari lebih banyak saat kita melangkah. Seperti kata pepatah, experience is the best teacher. Apakah kamu bisa pintar bermain alat musik hanya dengan membaca buku? Tidak, kan?
      3. Kamu bisa mulai melangkah dengan mencari informasi, melakukan riset dan kemudian mulai menyusun rencana. Ya, langkah terbaik untuk memulai sesuatu adalah merencanakan dan mulai melakukan rencana itu satu per satu. Don’t be confused!
      4. Anggapan ‘aku tidak mampu’ adalah mental block yang harus kamu singkirkan karena berpikir tentang kegagalan akan SANGAT membatasi kreativitasmu. Satu hal yang kamu harus sadari adalah semua orang yang melakukan sesuatu untuk pertama kali pasti akan kesulitan. Tetapi dari kesulitan itulah kamu dapat belajar banyak. Orang yang kesulitan tapi berjuang untuk mengatasinya akan menjadi orang yang kreatif.

      Kesimpulan dari 4 poin di atas adalah, kamu harus mulai melangkah sekarang. Jangan malah terjebak dalam mimpimu sendiri. Bagaimana cara untuk mengambil langkah pertama untuk menggapai mimpimu?
      1. Buatlah rencana dan persiapan untuk menggapai mimpimu
      Perencanaan dan persiapan yang baik akan sangat membantu perjalananmu. Apakah kamu mampu mendaki gunung Everest hanya dengan membawa sepotong roti? By failing to prepare, you’re preparing to fail.
      2. Lakukan sekarang
      Take one step at a time. Walaupun mimpimu sangat besar, lebih baik kamu mewujudkan hal-hal yang kecil terlebih dahulu supaya kamu tidak kewalahan. Karena ini adalah pengalaman pertamamu, kamu pasti akan menemukan banyak kesulitan dan melakukan kesalahan. Belajarlah dari kesalahanmu itu.
      3. Lakukan dengan benar
      Setelah kamu mempelajari kesalahanmu, maka kamu harus memperbaikinya dengan melakukannya dengan benar.
      4. Lakukan dengan lebih baik lagi
      Ketika kamu mampu melakukan dengan benar, maka langkah berikutnya adalah meningkatkan kualitas dan berinovasi untuk membuat sesuatu yang lebih baik.
      Apabila kamu sudah melakukan ke-4 hal di atas, maka kamu baru saja mengambil langkah pertama, langkah selanjutnya pasti akan lebih mudah dan kamu-pun sudah berada di jalur yang tepat menuju kesuksesan. Ingat! Do it first, do it right, do it better.

      “A journey of a thousand miles begins with a single step” – Lao Tzu


      Sumber : http://www.thibbunnabawiyah.com/pages/Cara-Mengambil-Langkah-Pertama.html

      Monday, October 17, 2011

      Rules of Good Writing


      1. Write every day
      2. Write as you would speak
      3. Stick one the point
      4. Take a break
      5. Finish it

      Friday, October 14, 2011

      Sensei Yuki Yamamoto

        1st Place Female Kumite <60KG
      Indonesia Open Kyokushin International Tournament 2011

      Sensei Merisa Icha Mesi


      Kejuaraan yang pernah diikuti: 
      Juara II Putri Kelas Bebas Antar Jabotabek, Bogor , 30 Juni 2002
      Juara I Putri Kelas Bebas Kejurda Jabotabek II, Indonesia Karate-Do Kyokushinkaikan, Jakarta, 2 Maret 2003
      Juara I Kelas Bebas Putri Kyokushin Karate Indonesia , Kejurda DKI 2004
      Juara I Jiyu Kumite Perseorangan Putri Kelas Bebas,Kejurnas Kyokushin Karate Ke-XII “Beringin Cup”, Tenggarong, Kaltim ,2004
      Juara II Kelas Bebas Putri STIE Stikubang, Semarang 2005
      Juara I Kelas Bebas Putri Binus Karate Open Tournament, Jakarta 2006
      6th World women karate championship,Chiba,Japan,April 2007.

      Sensei Merisa I Mesi termotivasi untuk memulai latihan bela diri Karate pada bulan Juli tahun 2001 di Klub Ade Rai – Wisma BSG, Jakarta karena dia menyukai beladiri keras sejak dulu. Pada awalnya tekadnya terhambat oleh orang tuanya yang tidak mendukung minatnya, sehingga ia terpaksa terus berlatih secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh mereka.  
      Merisa pada akhirnya mencoba untuk mengikuti kejuaraan pertamanya pada tahun 2002 dalam sebuah turnamen kejuaraan karate seJabotabek di kota Bogor. Dia langsung meraih gelar juara ke-2 pada saat itu. Sejak saat itu pula kedua orangtuanya mulai mendukung atas kegiatan putrinya.
      Pada April 2007, dalam Kejuaraan Karate Wanita Sedunia yang ke-6 di Jepang, Merisa menderita cidera tulang dada. Pada tahun ini, tepatnya 2-4 Oktober 2009, ia akan mengikuti kejuaraan All Kyokushin Karate – World Tournament di kota Budapest, Hongaria.

      Thursday, October 13, 2011

      Sensei Rudy F Pajouw

      Rudy Pajouw IKO Kyokushinkaikan Jakarta
       

      Joined Kyokushin Karate 1986. 
      Certified Shodan (DAN I)IKO Kyokushinkaikan Honbu 2nd February 1993 Certified Nidan Francisco Filho - フランシスコ・フィリォ 
      ORGANIZATION: International Karate Organization Kyokushikaikan 
      HEIGHT: 6 feet 1 Inches (186cm)

      Photos with others fighters

      My Sensei with Gatashev Timus, a World Champion from Russia
      Heri and Motoki Yamada

      Rudy Sensei and Aysegul Sen
      My New Friend, Aysegul.. :)
      Rudy Sensei, Stanislava Boycheva, and her Sister :)
      Ade Rai
      Binus' Fighters (Annora, Sandy, Heri)